Pada posting kali ini saya akan menshare kisah salah satu pasien saya agar kita sama-sama dapat belajar
dari pengalaman orang lain yang berharga. Tentu saja dengan identitas yang dirahasiakan. Sebut
saja nyonya M, usia beliau lebih dari 60 tahun. Isuenya cukup spesifik. .Takut
hantu !! Hmm.. saya rasa hal ini manusiawi sebenarnya. Jujur saja .. kalau disuruh melintas
pekuburan, jam 12 malam pastilah saya juga merinding.
Namun ketakutan beliau lebih
dari itu, artinya benar-benar dirasakan setiap hari. Perasaan ini sudah
dirasakan sejak beliau muda sebenarnya, namun tidaklah terlalu mengganggu. Ketakutan
akan hal hantu semakin memburuk dalam 1 tahun terakhir. Ny M memang hanya
tinggal berdua dengan suami ditemani oleh pembantu dan supir di rumah.
Ny M tidak berani berada di
rumah sendirian, mesti ada yang menemani. Semua lampu di ruangan mesti menyala
walau siang hari. Apabila suami beliau pergi
keluar kota/negeri, maka pembantu nyonya M mesti tidur de dapan pintu
kamar saat malam hari. Tentu saja pintu tersebut dalam kondisi terbuka. Bahkan
adalah bila beliau ke kamar mandi di suatu hotel atau kantor, maka suami beliau
mesti ikut masuk ke dalam kamar mandi wanita, lalu mengganjalkan sepatunya pada bilik pintu kamar mandi. Hanya untuk memberikan rasa aman kepada
isteri tersayang. Ny M mengaku bahwa hal ini sangatlah mengganggu, namun beliau
juga tidak berdaya untuk mencegahnya.
Saya bertanya pada Ny M
apakah beliau pernah melihat hantu atau mahluk halus lainnya dalam kehidupan
nyata ? Beliau bilang belum pernah.. Saya berupaya mencari apakah ada trauma
atau pengalaman di masa lalu terkait
dengan ketakutan atau kecemasan tertentu, ternyata tidak ada yang
berarti. Memang sebagai ibu rumah tangga beliau lebih sering menghabiskan waktu
di rumah, tanpa kesibukan yang cukup berarti. Anak-anak beliau sudah pisah rumah semua.
Untuk urusan ibadah beliau menganggap hal ini biasa saja, artinya beliau tetap
beribadah rutin sesuai agamanya. Soal kualitas ibadah... saya rasa itu di luar
dari keahlian saya.
Saya terus berdialog untuk
mencari fakta yang berhubungan dengan
isue beliau. Ny M menceritakan dirinya adalah orang yang sangat sederhana. Walau
suami beliau adalah salah satu CEO perusahaan terkemuka, penampilan beliau
sangat bersahaja. Baik dari sisi make-up , perhiasan maupun cara berpakaian.
Beliau juga berupaya baik pada saudara dan tetangga sekitar rumah. Biasanya
kalau ada kue yang porsinya cukup besar, dengan senang hati Ny M akan memberikan
pada tetangga atau saudara untuk mencicipi. Bila mendapat oleh-oleh dari suami,
maka dengan senang hati beliau akan berbagi kepada orang-orang dekatnya. Dia
berkata bahwa lebih senang mementingkan kebahagiaan orang lain daripada diri
sendiri.
Jujur saja dalam pengamatan
saya , memang sebagai isteri seorang CEO
penampilan beliau memang sangat bersahaja. Nothing
wrong with that.. I admited. Namun ... sampailah saya pada suatu pertanyaan
yang tercetus begitu saja. “Maaf bu, sewaktu Anda berkaca.. apakah yang Anda
perhatikan?” ( Biasanya wanita ingin tampil cantik dengan memperhatikan
dandanan wajah serta mencocokkan dengan baju yang dipakai). Ny M, berkata bahwa
dia tidak memperhatikan wajahnya... Saya bertanya lagi , “Jadi apa yang Anda lihat saat bercermin?”. “Jujur
saja dok, saya juga tidak tau... baru saja saya pikirkan saat dokter bertanya
tadi”. “Saya hanya berkaca saja, merapikan rambut, dan berdandan secukupnya,
tidak lebih”.
“Tanpa memperhatikan bahwa
wajah Anda dan puas dan bersyukur dengan
penampilan Anda? “ (tanya saya kembali) . “Mm.. memang terdengar aneh, namun
pada saat berkaca saya malah melihat ruang
kosong di cermin dan malah khawatir muncul bayangan bayangan hantu atau
mahluk halus”.
“Ruang
kosong”.. ini adalah kata kuncinya my dear friends. Cermin itu punya dua fungsi menurut saya , baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik saat bercermin hendaknya kita
bersyukur pada nikmat Tuhan yang diberikan serta memantaskan diri kita pada hari ini untuk
tampil baik. Secara psikis, saat bercermin kita bisa berintrospeksi. Sebagai
mahluk Tuhan, bagaimana ibadah kita hari ini? Apakah kita mempercayai dan
berpegang pada sebuah keyakinan yang sangat kuat ?. Sebagai manusia kita juga
bertanya pada diri sendiri ; Apakah saya sudah lebih baik hari ini dibandingkan
kemarin, dan tindakan positif apa yang akan saya lakukan hari ini?
Biasanya kalau kita
bercermin dengan “benar”, wajah kita akan tampak secara jelas. Bila kita tidak
memperhatikan diri kita di cermin, maka akan timbul “ruang kosong yang liar”. Ruang ini bisa diisi apa saja... Karena
tidak ditata dengan positif maka seringnya hal-hal negatiflah yang mengisi
ruang kosong ini. Pada Ny. M kebetulan
yang mengisi adalah gambaran tentang hantu atau mahluk halus.
Saya bersaran kepada Ny.M
untuk memperbaiki cara beliau memandang dirinya di cermin, baik sebagai mahluk
Tuhan maupun sebagai manusia yang penuh keberkahan. Saat kita percaya bahwa Tuhan adalah kekuatan
yang paling besar, maka hal-hal lain menjadi lebih sederhana”. Sebagai landasan
kekuatan kepercayaan adalah perbaikan
kualitas ibadah, apapun agama beliau. Selanjutnya adalah perbaikan kualitas
sebagai manusia. Saya sarankan kepada beliau untuk mengisi waktu dengan
kegiatan positif, aktivitas sosial, hoby atau yang lainnya. Intinya agar beliau
mengisi “ruang kosong” yang ada dengan kegiatan positif.
Untuk urusan berdandan saya
menyarankan beliau sebuah hal sederhana : “Pada dasarnya semua wanita adalah
Indah. Jadi bersyukurlah saat bercermin dan tampillah cantik setiap harinya”.
Saya rasa beliau pantas untuk tampil lebih baik, terutama untuk suami tersayang.
Kita sama-sama tau bahwa tampil cantik bukan berarti mewah, namun serasi.
Walau sudah senior, beliau
mendengarkan saran saya dengan seksama dan berjanji menerapkannya. Pada sesi
terapi minggu berikutnya Ny M datang dengan dandanan yang lebih memadai, wajah
beliau tampak lebih fresh dan memancarkan aura kecantikan yang alami.Beliau
bilang kepada saya.. Alhamdulillah dok, saya sudah berani tidur sendiri saat
suami ke luar kota !! :).